Sebelum punya anak , saya memang bukan sosok wanita yang keibuan. Kalo melihat bayi lucu , dalam hati pasti gemas. Tapi ya that's it. Dalam hati doank gemesnya. Nggak ada tuh yang namanya kepingin nguyel-uyel atau gendong atau ngesun bayi orang.
Saat hamil , kupikir jiwa keibuan akan muncul ketika melahirkan. Toh saya menyayangi janinku. Pasti saya bakalan jatuh cinta pada pandangan pertama dikala melihat bayiku pertama kalinya.
Ternyata dikala melahirkan , nggak ada getaran haru dan cinta kasih yang saya rasakan pada bayi kecil yang dikala itu diletakkan di dadaku untuk IMD T_T Aku cuma berpikir , "Oh ini toh bayiku..."
Menyusui dan merawat bayi kulakukan alasannya ialah kewajiban. Aku lebih senang jika ada yang memandikan bayiku atau sekedar mengganti popoknya. Tapi saya berusaha besar hati dengan kehadiran bayi ini , alasannya ialah dalam logikaku , saya memang seharusnya bahagia menjadi ibu.
Awal-awal menjadi ibu , rasanya super sensitif. Apalagi ASI sempat seret (silakan cek postingan drama ASI) dan dedek bayi kurang berat badannya. Sedih luar biasa , serasa saya nggak becus merawat bayi , nggak pantas menjadi ibu. Hampir tiap hari pengennya nangiiis aja.
Berulang kali saya mau mengalah , ingin memberi full sufor aja pada bayiku. Tapi suami tetap memberi support supaya mampu lancar ASInya. Dia yang konsisten mengajakku ke konsultan laktasi. Dia juga rajin belikan cemilan-cemilan enak supaya saya bahagia , biar ASIku lancar.
Dulu saya hampir nggak pernah menciumi bayiku , sementara suami , beliau sayang luar biasa pada buah hati kami. Aku gundah , apa iya hatiku begitu kaku sampai-sampai nggak gemas sama bayi sendiri?
Tapi perlahan , seiring pertumbuhannya , saya mulai melihat kelucuan bayiku. Tingkah lakunya , gerak geriknya sungguh menggemaskan. Bahkan dikala bayi menyusu-ketiduran-ternyata mulutnya penuh ngemut ASI , itu aja terasa konyol dan bikin saya ketawa sendiri. Cara nguletnya yang sambil merem trus mulutnya mecucu. Waktu pertama kali mampu senyum... duh senangnya...
Hatiku meleleh... cinta itu datangnya bukan pada pandangan pertama. Tapi seiring waktu , rasa cinta pada anak ternyata makin kuat.
Sekarang bayi ini sudah 7 bulan. Tiap hari saya sun pipinya hingga gepeng. Dia udah kepengen bangun terus. Udah mampu manggil-manggil "Eh! Eh!" jika dicuekin.
Aku sayang kau , anakku!
Terima kasih suamiku , kau sudah menyayangi anak & istrimu. Terima kasih sudah menemani dan mendukung istrimu ketika sedang jatuh. Semoga kita mampu jadi ortu yang baik untuk baby Z ya!
--
Ditulis dikala suami sedang dinas jauh , dan istri di rumah melihat folder foto-foto dedek dari 0 hingga 6 bulan lalu mendadak mbrebes mili
Ditulis dikala suami sedang dinas jauh , dan istri di rumah melihat folder foto-foto dedek dari 0 hingga 6 bulan lalu mendadak mbrebes mili
0 Response to "Sedikit Baby Blues"