"Zaki , jangan pegang listrik!!"
"Sampahnya kotor nak , jangan dibuat mainan!!"
"Nak , mandinya udah ya , boros air nggak baik.." sambil mematikan kran dan berakhir dengan tangisan yang pecah alasannya yakni bocah masih pengen main air.
"Sampahnya kotor nak , jangan dibuat mainan!!"
"Nak , mandinya udah ya , boros air nggak baik.." sambil mematikan kran dan berakhir dengan tangisan yang pecah alasannya yakni bocah masih pengen main air.
Kalimat larangan semacam itu sering sekali meluncur dari mulutku. Usia bocah yang sudah masuk toddlerhood (kini 19 bulan) , membuatnya ingin eksplorasi banyak sekali hal , dari yang positif hingga negatif (baca: berbahaya atau kotor-kotor menurut ibunya).
Kadang gue gundah bagaimana melarang Z melaksanakan hal-hal yang berbahaya atau bikin kotor. Pernah dengar bahwa jikalau anak dibilang 'jangan' , ia justru akan melakukannya. Namun mengubah kata 'jangan' menjadi hal yang positif cukup menantang. Sering kali dikala ada kejadian , otak belum sempat berpikir , kata-kata larangan sudah muncul duluan.
Nah , pada kelas Bunda Sayang di Institut Ibu Profesional yang kuikuti , pas banget bahan pertamanya yakni Komunikasi Produktif. Baik dengan diri sendiri , dengan pasangan , dan dengan anak. Pasca bahan , kami 'mahasiswi' diberikan tantangan 10 hari untuk mempraktekkan ilmu yang kami pelajari.
Komunikasi Dengan Anak - Day #1
A. Keep Information Short & Simple
B. Kendalikan intonasi suara. Verbal 7% , intonasi bunyi 38% , bahasa tubuh 55%.
C. Katakan apa yang kita inginkan , bukan yang tidak kita inginkan
D. Fokus ke depan , bukan masa lalu
E. Ganti kata 'tidak bisa' menjadi 'bisa'
F. Fokus pada solusi , bukan masalah
G. Jelas dalam memberi pujian/kritikan
H. Ganti pesan tersirat menjadi refleksi pengalaman
I. Ganti pertanyaan interogaso menjadi pernyataan observasi
J. Ganti pengalihan perasaan dengan kalimat yang menyampaikan empati
K. Ganti perintah dengan pilihan
A. Keep Information Short & Simple
B. Kendalikan intonasi suara. Verbal 7% , intonasi bunyi 38% , bahasa tubuh 55%.
C. Katakan apa yang kita inginkan , bukan yang tidak kita inginkan
D. Fokus ke depan , bukan masa lalu
E. Ganti kata 'tidak bisa' menjadi 'bisa'
F. Fokus pada solusi , bukan masalah
G. Jelas dalam memberi pujian/kritikan
H. Ganti pesan tersirat menjadi refleksi pengalaman
I. Ganti pertanyaan interogaso menjadi pernyataan observasi
J. Ganti pengalihan perasaan dengan kalimat yang menyampaikan empati
K. Ganti perintah dengan pilihan
Poin yang dipilih: B (7-38-55)
Pagi ini lagi-lagi Z mandi lamaaa sekali , air kran harus menyala terus , jikalau dimatikan ia marah.
Pagi ini lagi-lagi Z mandi lamaaa sekali , air kran harus menyala terus , jikalau dimatikan ia marah.
Akhirnya ibu membungkuk sejajar Z (bahasa tubuh) , lalu bilang bahwa boros air itu nggak baik. Ibu juga bilang dengan lembut (intonasi) , Z sedang batuk pilek , sebaiknya jangan terlalu lama kena air. "Tangan Z sudah keriput , yuk kita pakai handuk. Ibu matikan keran airnya ya.."
Hasilnya? Z tetap protes sih setelah keran mati. Namun ia segera minta pakai handuk :) Dramanya nggak perlu panjang-panjang deh , alhamdulillah.
Siangnya , Z kembali melaksanakan hal yang membuat ibu kaget ketakutan dalam hati. Ia menemukan kabel speaker dan berusaha mencolokkannya ke steker listrik. Sontak ibu lari ke arah Z. Masih keceplosan pribadi bilang "Listrik nggak boleh buat mainan nak..!!" Tapi Z tetap bermain.
Ibu sejajarkan tubuh lagi dengan Z. Berusaha menatap matanya , pegang tangannya. "Zaki , listrik ini bukan mainan anak-anak. Setrum listrik bikin sakit , lebih sakit daripada panas setrika (beberapa hari sebelumnya ia pegang setrikaan T_T)." Saat dibilang ini , ia pun melepaskan genggamannya dari kabel. "Zaki boleh main yang lain , tapi jangan listrik ya.." dan Zaki pun main yang lain. Fiuhhh , ibu lega!
Semoga besok lebih lancar lagi berkomunikasi produktif dengan bocah :)
#level1
#day1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayIIP
#day1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayIIP
0 Response to "Tantangan Bunda Sayang #1: Komunikasi Produktif Day #1"